KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Oleh : Mamad Yusuf,SE.M.Pd
Iman adalah kata yang umum didengar dalam
pendidikan agama islam. Bahkan mungkin, pelajaran pendidikan agama islam yang
pertama kali kita dengar adalah tentang keimanan. Tetapi apa sebenarnya iman
itu? Sudahkah kita memahami dan mengaplikasikannya? Hal ini tentu menarik untuk
dibahas secara lebih lanjut karena ajaran agama islam bermula dari keimanan.
Tak hanya itu, keimanan juga erat
kaitannya dengan ketakwaan. Mempelajari keimanan akan selalu beriringan dengan mempelajari
ketakwaan. Jika keimanan seseorang bertambah begitu juga dengan ketawaannya,
begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, memperkuat keimanan adalah suatu
keharusan bagi seorang muslim.
Besar kecilnya keimanan seseorang pada
dasarnya hanya orang tersebut yang mengetahuinya. Tetapi, ada beberapa
ciri-ciri yang dapat diketahui seberapa besar keimanan seseorang tersebut. Tak
hanya itu, proses terbentuknya iman yang ada pada seseorang juga dapat diamati
dan dipelajari sebagai acuan seberapa besar keiman yang ada pada diri kita
sendiri.
Keimanan dan ketakwaan perlu
dipelajari dengan mendalam untuk menjaga kita dari pikiran, perkataan, atau
perbuatan yang dapat membuat kita melanggar ajaran Allah SWT.
Iman berasal dari kata kerja bahasa Arab amina-ya’manuamanan yang berarti
percaya. Taqwa yang berasal dari kata waqa
artinya memelihara sesuatu. Oleh
karena itu, iman menunjukan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga,
orang yang percaya atau beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap batin yang
sesuai dengan ajaran Allah. Walaupun, dalam kesehariannya tidak mencermikan
ketaatan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya masih disebut beriman.
Dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, Iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara
hati, ucapan, dan laku perbuatan serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan
sikap hidup.
Akidah
islam dalam Al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seseorang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu
sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh karena itu, orang yang mengimani
aqidah islam akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum islam.
a. Proses
Terbentuknya Iman
Proses
terbentuknya iman dimulai pada saat seseorang masih dalam kandungan. Dalam hal
ini. Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang
tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau
majusi.”. Oleh karena itu, keimanan
seorang anak ditentukan oleh orang tuanya. Tak hanya itu, perilaku orang tua
dirumah jugalah menjadikan anak tersebut berperilaku baik atau buruk.
Proses pembentukan iman diawali dengan
proses perkenalan yaitu, mengenal serta mengetahui bagaimana ajaran Allah.
Karena tidak mungkin seseorang dapat beriman kepada Allah tanpa terlebih dahulu
mengenal dan mengetahui ajaran Allah. setelah mengenal dan mengetahui ajaran
Allah harus dilakukan proses pembiasan agar dapat melaksanakan ajaran Allah
dengan senang, ikhalas, dan benar.
Dalam mewujudkan proses terbentuknya
iman dalam diri seseorang, maka harus mengikuti prinsip - prinsip sebagai berikut:
1.
Prinsip
Pembinaan Berkesinambungan
Proses
pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menrus, dan tidak
berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama
semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak
kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, penting mengarahkan proses
motivasi, agar dapat membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam
menghadapi nilai–nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2.
Prinsip
Internalisasi dan Individuasi
Iman
akan lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila
seseorang dapat menghayatinya melalui peristiwa internalisasi, yakni usaha
menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya, dan individuasi yakni usaha
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya. Oleh karena itu, dengan
merasakan pengalaman tersebut akan terjadi kristalisasi nilai iman dalam diri
seseorang.
3.
Prinsip
Sosialisasi
Tingkah
laku seseorang akan dikatakan teruji secara tuntas apabila sudah diterima
secara sosial. Seseorang akan dikatakan beriman, apabila akhlak nya dapat
diterima oleh masyarakat sekitar.
4.
Prinsip
Konsistensi dan Koherensi
Nilai
iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara
konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
5.
Prinsip
Integrasi
Agar nilai iman
hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan
tingkah laku yang terpisah – pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif,
Dalam kaitan problematika kehidupan yang nyata.
b.
Tanda
– Tanda Orang Beriman
Al- Qur’an menjelaskan tanda – tanda orang beriman
sebagai berikut :
1.
Jika
disebut nama Allah, maka hatinya bergetar. Jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya. Berusaha memahami ayat yang tidak diketahui dan berusaha
agar ilmu Allah tidak lepas darinya.
2.
Senantiasa
tawakal, bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa
agar tetap hidup dengan ajaran Allah.
3.
Menafkahkan
rezeki yang diterimanya.
4.
Menghindari
perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
5.
Memelihara
amanah dan menepati janji.
6.
Bersungguh
– sungguh dalam menegakkan ajaran Allah dan suka menolong.
7.
Tidak
meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.
Akidah islam sebagai keyakinanyang
membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la
Maududi menyebutkan tanda orang yang beriman sebagai berikut :
1.
Menjauhkan
diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2.
Mempunyai
kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3.
Mempunyai
sifat rendah hati dan khidmat.
4.
Jujur
dan adil.
5.
Tidak
murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6.
Mempunyai
pendirian yang teguh, kesabaran, dan optimisme.
7.
Mempunyai
sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko bahkan
tidak takut pada maut.
8.
Mempunyai
sikap hidup damai.
Patuh, taat, dan
disiplin menjalankan peraturan Ilahi.
c. Korelasi
Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah (tauhid) dibagi menjadi
dua yaitu Tauhid Teoritis (tauhid
rububiyyah) dan Tauhid Praktis (tauhid uluhiyyah). Tauhid Teoritis adalah
tauhid yang membahas tentang Keesaan Zat, Keesaan Sifat, dan Keesaan perbuatan
Tuhan. Dengan demikian, didapatkan konsekuensi logis Tauhid Teoritis adalah
pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang
menjadi sumber semua Wujud.
Tauhid Praktis adalah Tauhid Ibadah, berhubungan
dengan amal ibadah manusia. Tauhid Praktis merupakan terapan Tauhid Teoritis.
Tauhid praktis atau Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan Tauhid
yang sempurna adalah Tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan
kehidupan sehari–hari. Dalam menegakkan Tauhid, seseorang harus menyatukan iman
dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan
konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian
yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu,
seseorang baru dikatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan
kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu
alla ilaaha illallah, (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah),
kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan
segala laranganNya.
d. Implementasi
Iman dan Taqwa
1.
Problematika,
Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Berbagai
problematika datang dalam kehidupan ini. Hal ini dikarenakan wawasan ilmu yang
salah. Karena ilmu merupakan roh yang meneggakan dan mewarnai budaya. Hal
itulah yang menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan
kejiwaan. Karena apabila kita tidak dapat memfilter hal tersebut, maka akan
melahirkan resiko yang besar. Untuk itu, iman dan takwa mampu berperan dalam
menyelesaikan problem dan tantangan kehidupan modern ini.
2.
Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Masalah dan Tantangan Kehidupan Modern
Beberapa
peran dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a.
Iman
melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan pada benda
Orang yang beriman hanya percaya pada
kekuasaan Allah. Karena jika Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak
ada satupun kekuataan yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak
menimpakan bencana, tidak ada satupun kekuaatan yang sanggup menahannya. Oleh
karena itulah, iman mampu menghilangkan kepercayaan terhadap dewa-dewa, manusia
yang memiliki kekuasaan, serta benda-benda keramat. Orang beriman selalu
mengikuti perintah Allah yang terdapat
dalam surah Al-Fatihah ayat 1-7.
b.
Iman
menanamkan semangat berani mengahadapkan maut
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian ada
di tangan Allah dan hanya Allah yang dapat menghidupkan dan mematikan
seseorang.
“Dimana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:
"Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?” (Q.S An-Nisa: 78)
c.
Iman
menanamkan sikap self help dalam
kehidupan
Dalam mencari
rezeki kadang-kadang manusia rela melepaskan prinsip, menjual kehormatan,
bermuka dua, menjilat, serta memperbudak diri. Hal tersebut semata-mata hanya
ingin mendaptakan materi di muka bumi ini. Orang yang beriman tidak akan
melakukan hal tersebut karena ia percaya bahwa Allah memberikan rezeki kepada
semua umatnya.
“Dan tidak ada suatu
binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang member rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhmahfuzh).” (Q.S Hud: 6)
d.
Iman
memberikan ketentraman jiwa
Orang yang beriman jika tertimpa malapetaka, ia akan bersabar
dan memohon rahmat kepada yang memiliki rahmat. Dengan demikian ketenangan akan
meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya,
meneguhkan hatinya, dan memberikan kemenangan.
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(Q.S Ar-Ra’d: 28)
e.
Iman mewujudkan kehidupan yang baik
(hayatantayibbah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang
yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
“Barang siapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguh nyaakan Kami berikan kepada-Nya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S An-Nahl: 97)
f.
Iman
melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu
berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman
senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah
“Katakanlah:”sesungguhnyas
halatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta
alam.” (Q.S Al-An’am:162)
g.
Iman
memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang
benar, karena Allah membimbingnya dan mengarahkan pada tujuan hidup yang
hakiki.
“Mereka itulah
yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Q.S Al-Baqarah :5)
h.
Iman
mecegah penyakit
Akhlak, tingkah
laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin
dipengaruhi oleh iman. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya
membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia. Oleh karena itulah,
orang–orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit seperti
darah tinggi, diabetes, dan kanker.
Tugas 1
Mata Kuliah PAI Semester II
1. Tuliskan ayat – ayat Alqu’an paling sedikit
3 ayat tentang Keimanan.
2. Tuliskan tentang minimal 3 Sanksi bagi
orang yang tidak beriman !
3. Tuliskan
minimal 5 Balasan dari allah bagi orang yang beriman dan bertaqwa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar